Taukah kita
sebagai anak,??
Karena manusia itu sering lupa, terutama melupakan jasa seseorang,
maka Allah mengingatkannya agar jangan melupakan jasa orang tua, dalam hal ini
ialah jasa seorang ibu yang telah bersusah payah mengandung anak selama
Sembilan bulan. Saat ibu mengandung selalu merasa dan berbuat hal-hal yang penuh
keprihatinan, sehingga dalam banyak hal sang ibu lebih mementingkan anak yang
dikandungnya dari pada dirinya sendiri. Makan dan minum selalu dipertimbangkan,
apakah hal itu akan membahayakan akan yang dikandungnya ataukah akan membawa
manfaat. Jikalau akan membawa manfaat, maka hal itu akan dilakukannya sekalipun
dalam hatinya tidak suka. Sebaliknya apabila hal itu akan membawa mudharat bagi
bayi yang dikandungnya, maka sang ibu tidak akan melakukannya sekalipun dalam
hatinya amat suka dan telah memuncak keinginannya.
Baru tiga bulan ibu mengandung, saat itulah ibu sudah mulai
merasakan bagaimana payahnya orang mengandung. Badan mulai terasa tidak enak, kepala kerap kali merasa pusing adan rasanya selalu mau muntah-muntah.
merasakan bagaimana payahnya orang mengandung. Badan mulai terasa tidak enak, kepala kerap kali merasa pusing adan rasanya selalu mau muntah-muntah.
Semakin tua hamilnya, semakin lemahnya badannya, dan pikiran serta
perasaan sering terganggu, dalam arti amat kompleklah perasaan sang ibu. Ia
diliputi rasa was-was dan khawatir bagaimana anaknya yang dikandungnya itu
kelak bila telah lahir, laki-laki atau perempuan, selamat dengan hidup subur
atau sebaliknya, muluskah atau cacat, bagus dan cantik mungilkah atau bopeng
dan berwajah buruk, semua itulah yang mengganggu perasaan sang ibu. Kecuali itu
sang ibu selalu dipenuhi dengan harapan dan berdo’a kepada Allah dengan penuh
kecemasan dan harapan yang bercampur baur, sementara itu sang ayah dan ibu
selalu bertirakat, artinya berusaha berbuat baik dengan menghindari perbuatan-perbuatan
yang negatif, dengan harapan agar dapat mempengaruhi sifat-sifat dan keadaan
sang anak yang sedang dalam kandungan.
Saat-saat akan melahirkan, alangkah gelisah dan kritisnya pikiran
dan perasaan sang ibu, karena bagi mereka yang baru pertama kalinya akan
melahirkan tentulah terbetik lintasan pikiran dalam batin, apakah nanti
saat-saat melahirkan nanti saya selamat atau celaka yang membawa nyawa saya? Demikian
pikiran yang mengganggu sang Ibu.
INGATLAH wahai engkau sang anak, akan penderitaan Ibumu yang sedang
mengandungmu dahulu, sewaktu menanggung perasaan dalam hati selama Sembilan
bulan.
Didalam Al-Qur’an Allah telah mengingatkan manusia tentang
bagaimana payahnya sewaktu sang ibu sedang hamil.
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang Ibu Bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah lemahnya, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu. Kepada Aku-lah tempat kembalimu.
(Q.S. Luqman 14).
Setelah mengingatkan akan payahnya ibu mengandung, maka Allah pun
memerintahkan agar sang anak bersyukur kepada kedua orang tuanya, di samping
bersyukur kepada Allah. Dalam ayat 14 surat Luqman di atas Allah mewasiatkan
(wawashshaina) kepada manusia agar berbuat baik terhadap kedua oaring tua.
Artinya wasiat Allah itu adalah perintah Allah. Yang tentu saja hukumnya wajib.
Setelah agak lama menahan rasa dan perasaan, dan setelah darah
tersembur, maka telah hilanglah segala rasa sakit, terobat oleh lengking tangis
anaknya yang baru lahir itu. Namun kepayahan sang ibu tidaklah selesai dan
habis hingga di situ saja, karena bayi yang baru diahirkannya itu masih
menuntut kasih sayang dan pemelihara yang vermat dari ibu dan ayahnya.
Maka benarlah sabda Rosulullah SAW:
Artinya:
Orang yang mempunyai sebesar-besar hak atas seorang (anak)
itu
ialah Ibunya. (H.R Hakim).
Sumber : Hasyim Umar. 1995. Anak Saleh. PT Bina Ilmu. Surabaya

0 comments:
Post a Comment