Tuesday, November 29, 2011

TAHUN BARU ISLAM DAN BULAN MUHARROM


Segala puji bagi Allah shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat serta para
pengikutnya yang berimam. Amma ba’du.

TAHUN BARU HIJRIYAH & HARROM

Kaum muslimin rohimakumullah……
Tidak terasa kita sudah meninggalkan tahun 1432 Hijriyah dan memasuki tahun baru hijriyah 1433 satu hari telah terlewati seakan tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam…
Sebagian besar kaum muslimin telah merayakan tahun baru islam ini dengan penuh kebahagiaan sekalipun dalam ajaran Islam tidak ada anjuran untuk harus merayakan peristiwa pergantian tahun Islam ini, namun telah menjadi suatu kebiasaan bagi kaum muslimin untuk saling mengucapkan selamat satu sama lain atau bertukar ucapan dan doa.
Kita sebagai ummat islam harus tau bagaimana kedudukan ucapan selamat tahun baru hijriyah dari sisi syar’i khususnya bagi kaum musliminn yang telah merayakan.

Bagaimana sebenarnya hukum mengucapkan Selamat di tahun baru hijriyah????
Suatu ketika Syeikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya oleh seseorang mengenai ucapan selamat tahun baru Islam ini :Syeikh… bagaimana sebenarnya hukum ucapan selamat tahun baru hijriyah dan apa kewajiban kita terhadap orang yang mengucapkan selamat kepada kita?”, kemudian beliau menjawab “Jika ada salah seseorang mengucapkan selamat kepadamu maka jawablah, tapi kamu jangan memulainya terlebih dahulu karena saya tidak mengetahui adanya riwayat dari para salaful shalih bahwa mereka dahulu mengucapkan selamat tahun baru hijriyah, bahkan ketahuilah bahwa para ulama’ salaf belum menjadikan bulan Muharram sebagai awal tahun baru kecuali pada masa khilafah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu.
Misalnya: Seandainya ada orang yang mengucapkan selamat kepadamu, “Selamat tahun Baru hijriyah”, maka dijawab “semoga Allah mengucapkan selamat kebaikan untukmu dan menjadikannya tahun yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan”.

Dan juga Syeikh Shalih Al-Fauzan pernah ditanya:

 Syeikh.. Kebanyakan manusia saling bertukar ucapan selamat tahun baru hijriyah, maka apa hukum ucapan selamat atas kedatangannya?. Salah satu diantara ucapan mereka: ”Semoga tahun ini menjadikan kalian tahun yang penuh dengan kebaikan. Trus apakah ini disyariatkan?

Kemudian di jawab : “ini adalah bid’ah, ini bid’ah. Dan menyerupai ucapan selamat orang-orang Nasrani dengan tahun baru masehinya, ini adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukan para ulama’ salaf, dan juga tahun baru hijriyah adalah istilah para sahabat radhiyallahu anhum untuk penaggalan muamalat dan mengatur muamalat saja. mereka tidak menganggapnya hari raya dan mereka tidak mengucapkan selamat atasnya ini tidak ada dasarnya.

KESIMPULAN ;
Jadi Kesimpulan dari beberapa cerita di atas dapat dipahami bahwa para ulama sebagian membolehkan menjawab ucapan selamat saja tidak untuk memulainya, namun kita tidak menganggapnya perkara bid’ah yang besar karena hal itu lebih kepada adat kebiasaan bukan diyakini sebagai ibadah yang disyariatkan.
Tapi sebaiknya kita menjelaskan kepada umat bahwa hal itu tidak ada dasarnya sehingga mereka tidak berlebih-lebihan dalam ucapan selamat, karena kuatir terjatuh dalam perkara bid’ah dan menyerupai kaum nasrani sebagaimana fatwa Syeikh Shalih Al-Fauzan hafidohullah.

NAMUN INGATkita tidak disyariatkan untuk merayakannya seperti kita merayakan hari-hari raya karena perayaan sebagai bentuk ibadah”.

Hadirin yang dimuliakan Allah…
Apa sebenarnya makna tahun baru hijriyah/muharrom???
Saat ini masyarakat masih banyak yang tidak mengerti tentang makna dari bulan-bulan islam seperti nama bulan Arab Muharram, Shafar, Rabi’ul-awwal, Rabi’ul-akhir, Jumadil-awwal, Jumadil-akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulqa’edah, dan Zulhijjah kini sudah saatnya  kita sosialisasikan, sehingga generasi muda Islam negeri ini husunya dapat memaknainya dalam kehidupan.
Manakala kontribusi pemikiran dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan, tentu lebih makna dibanding memberi informasi pro-kontra yang sulit dipahami masyarakat. Makna seperti ini sejatinya menjadi perhatian ulama dan pakar Islam Indonesia.
Bulan muharram berasal dari kata “harroma” yang mengalami perubahan bentuk yaitu harroma yuharrimu-tahriiman-muharroman“. Bentuk “muharroman” berarti yang diharamkan. Dalam artian diharamkan oleh Allah mengadakan peperangan atau pertumpahan darah. Dan juga “muharroman” mempunyai arti dimulyakan, jadi kesimpulannya bahwa bulan ini adalah bulan yang dimulyakan oleh Allah sehingga diharamkan ada pertumpahan darah atau peperangan.
Bulan muharrom, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 36 yang berbunyi:
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya
terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36)
Dalam hadits yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW juga bersabda :
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab, yang terdapat diantara
bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
Bulan Muharram juga merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”.
(H.R. Muslim)
Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.
Jika kita bicara tentang Muharram pasti tidak akan lepas dari peristiwa Hijrah-nya Nabi kita nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan pengikutnya dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M yang saat ini sudah berusia 1433 tahun.
Sebelum melakukan hijrah, Rasulullah SAW mengkaji dan mempelajari langkah diplomasi. Yang menurut sejarah terjadi tiga hijrah pada masa itu. Pertama hijrah Rasulullah sendiri, kedua para sahabat, dan ketiga Rasulullah dan sahabat,”.
Dilihat dari sudut pandang hijrah itu sendiri tidak semuanya berjalan mulus atau sukses. Hijrah yang dilakukan Rasulullah sendiri kurang mendapat perhatian, demikian juga perjalanan hijrah yang dilakukan para sahabat ke wilayah Spayol tidak bertahan lama sebagaimana diharapkan.
Yaitu sebuah peristiwa yang patut dikenang dan bisa menjadi motivasi spiritual bagi kita semua karena di dalamnya terkandung makna keteladanan.

----- Bersumber dari berbagai buku-buku Islam……….
Wallahu a’lam. . . . .
Semoga bermanfaat bagi kita semua
---Moh. Sholihin Adz---

0 comments:

Post a Comment